PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI
A.
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan
bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas?
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas
untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid (Tomlison, 2001:45).
Memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid bukan berarti guru harus
mengajar 30 orang murid dengan 30 cara yang berbeda atau memberikan jumlah soal
lebih banyak kepada murid yang bekerjanya lebih cepat dari yang lainnya. Pembelajaran
berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan murid yang pintar
dengan yang pintar dan murid yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula
memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi
bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan
pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk
membantu murid A, murid B atau murid C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru
tentunya bukanlah superman atau wonderwoman yang bisa ke sana kemari
untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua
permasalahan.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang
berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut
adalah yang terkait dengan:
1) Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang
didefinisikan secara jelas.
2) Rencana pembelajaran harus memenuhi kebutuhan belajar
murid
3) Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid
untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.
4) Memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan
selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
5) Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan
prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda,
kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
6) Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut
menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah
dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau
sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang
ditetapkan.
Dengan kata lain, pembelajaran berdiferensiasi haruslah
berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon
kebutuhan belajar tersebut.
Agar pembelajaran berdiferensiasi ini dapat dilaksanakan
di kelas, maka guru harus mengetahui kebutuhan belajar murid. Tanpa mengetahui
kebutuhan belajar murid, akan sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman
belajar yang tepat bagi murid-muridnya. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang
terus berkembang tentang kemampuan akademik muridnya agar bisa merencanakan
pembelajaran yang sesuai. Dimana posisi murid saat belajar dan mengaitkannya
dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kebutuhan belajar murid dapat dikategorikan berdasarkan 3
aspek, yaitu:
1. Kesiapan belajar (readiness)
2. Minat murid
3. Profil belajar murid.
Murid
akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai
dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan
belajar/ readiness). Lalu jika
tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid
(minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja
dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
1.
Kesiapan belajar (readiness)
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk
mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan
murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan
lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat
menguasai materi baru tersebut. Ada 6 perspektif yang dapat kita gunakan untuk
menentukan tingkat kesiapan murid:
1) Informasi bersifat mendasar - Bersifat transformative
2) Konkret - Abstrak.
3) Sederhana - Kompleks.
4) Terstruktur - Open
Ended
5) Tergantung (dependent)
- Mandiri (Independent)
6) Lambat – Cepat
Tujuan melakukan
identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan
belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran,
sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette
& Ramsook, 2013: 29).
2.
Minat murid
Minat merupakan suatu
keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau
objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001:
53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat,
diantaranya adalah sebagai berikut:
·
membantu murid
menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk
belajar;
·
mendemonstrasikan
keterhubungan antar semua pembelajaran;
·
menggunakan
keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide
atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
·
meningkatkan motivasi
murid untuk belajar.
Beberapa cara yang
dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:
·
menciptakan situasi
pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan
kejutan-kejutan, dsb),
·
menciptakan konteks
pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid,
·
mengkomunikasikan
nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
·
menciptakan
kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
3.
Profil belajar murid
Profil Belajar
mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar.
Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan
profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar
secara natural dan efisien. Setiap anak memiliki profil belajar sendiri.
Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan
metode dan pendekatan mengajar mereka.
Profil belajar murid
terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
·
Preferensi terhadap
lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan,
jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb.
Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu
dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
·
Pengaruh Budaya:
santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
·
Preferensi gaya
belajar. Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses,
dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
o visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi
yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic
organizer);
o auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan
penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi,
mendengarkan musik);
o kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak
dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
·
Preferensi
berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple
intelligences): visual spasial, musical, bodily-kinesthetic, interpersonal,
intrapersonal, verbal linguistik, naturalis, logic-matematika.
B.
Bagaimana
pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu
mencapai hasil belajar yang optimal.
Agar
pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan
membantu mencapai hasil belajar yang optimal, maka guru harus melakukan 3
strategi pembelajaran berdiferensiasi:
1. Diferensiasi konten
2. Diferensiasi proses
3. Diferensiasi produk
Konten
adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai
tanggapan terhadap tingkat kesiapan, minat, profil belajar murid yang berbeda
ata kombinasi tingkat kesiapan, minat dan profil belajar.
Proses
adalah bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa informasi/materi yang
diajarkan. Proses yang dipersiapkan berupa kegiatan kelompok atau individu dan
seberapa banyak bantuan yang diberikan kepada murid.
Diferensiasi
proses dapat dilakukan dengan:
o Kegiatan berjenjang dimana murid membangun pemahaman
dengan kompelsitas
o Pertanyaan pemandu dan tantangan
o Agenda individual untuk murid (daftar tugas berbeda
antara tugas umum dan individu
o Variasi waktu/lamanya waktu yang murid dapat ambil untuk
menyelesaikan tugas sesuai kesiapan dan minat belajar.
o Membangun variasi strategi belajar
o Menggunakan pengelompokan yang fleksibel
Diferensiasi
produk adalah hasil kerja dan unjuk kerja yang diharapkan dari murid atau yang
harus murid tunjukkan kepada guru. Produk harus mencerminkan pemahaman murid
dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sebelum menentukan
produk belajar, perlu membertimbangkan kebutuhan belajar murid meliputi
ekspektasi murid, kualitas, konten dan sifat produk akhir.
C.
Bagaimana kaitan
antara materi Pembelajaran berdiferensiasi dengan pemikiran filosofis Ki Hadjar
Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak dan budaya
positif?
Menurut
pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pendidikan bertujuan untuk menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Kodrat atau potensi setiap anak atau murid berbeda satu dengan yang
lainnya dan tugas guru adalah menuntun kodrat tersebut dan bukan mengubahnya.
Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus menghargai perbedaan dan
memerdekakan murid tumbuh dan berkembang dan belajar sesuai keinginan dan
kemampuan mereka yang dalam proses belajarnya dilengkapi dengan dukungan oleh
pengajar sesuai kebutuhan masing-masing murid secara individu. Dalam hal ini
tugas pengajar lebih dititikberatkan pada pemberian perhatian terhadap minat, bakat dan kemampuan murid
serta memberikan dukungan yang diperlukan tanpa mengurangi keinginan murid
untuk bertumbuh dan berkembang. Dengan menyadari keberagaman dan keunikan pada
setiap individu, maka guru harus mengajar mereka secara berdiferensiasi.
Pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara ini merupakan dasar dari penerapan
pembelajaran berdiferensiasi.
Salah
satu peran guru penggerak adalah mewujudkan kepemimpinan murid, yaitu membantu
para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu memunculkan motivasi murid
untuk belajar, juga mendidik karakter murid di sekolah. Agar kepemimpinan murid
ini dapat tercapai, perlu diterapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk
mengakomodir kebutuhan belajar individu yang berbeda. Jika kebutuhan belajar
murid terpenuhi, maka pembelajaran tersebut memunculkan motivasi. Murid yang
termotivasi belajar akan mampu mencapai prestasi belajar yang maksimal,
sehingga visi dan misi sekolah terwujudnya murid-murid yang memiliki profil
pelajar pancasila akan terwujud. Penanaman profil pelajar pancasila nantinya akan
diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang diterapkan di
kelas-kelas maupun beberapa pembiasaan yang dilakukan secara protokoler di
sekolah. Pembelajaran diferensiasi akan secara maksimal dapat diterapkan di
sekolah maupun di kelas jika didukung dengan penerapan budaya positif.
Penulis : Yuni Tampi, S. Pd
Guru
Bahasa Inggris di SMPN 1 Tamiang Layang
Calon
Guru Penggerak angkatan IV dari Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah